Postingan

INDONESIA

Gambar
Kita tak harus percaya Juliet. Gadis remaja dalam lakon termashur Shakespeare itu menganggap sebuah nama tak berpengaruh terhadap yang dinamai: setangkai kembang yang wangi akan tetap harum  andai tak disebut “mawar”.  “That which we call a rose/By any other name would smell as sweet…” Drama Shakespeare menunjukkan Juliet sedang kasmaran dan ia lupa nama punya genealogi yang berbeda-beda dan tak selalu terpisah dari wujud yang menyandangnya. Saya pernah menghadiri sebuah pertemuan informal antara beberapa cendekiawan Malaysia dan Indonesia di Jakarta.  Dalam percakapan, salah seorang  menyebut “Indonesia”  dengan “Indo”  — sebuah kebiasaan mereka yang merasa lima suku kata dalam “Indonesia”  bisa diringkas jadi dua. Mendengar itu, Sejarawan Taufik Abdullah yang hadir di antara kami,  menegur: sebutan “Indo” sebaiknya jangan dipakai. Nama “Indonesia”, kata Taufik Abdullah, “adalah nama yang diperjuangkan dengan berdarah-darah”. Saya selalu ingat teguran  itu. Taufik Abdullah benar. Nama

SUNYI

Gambar
Sunyi tak pernah sendirian.  Ia selalu terkait dengan  kita, aku,  dunia. Ketika   di malam Natal di 1818 di sebuah gereja  dusun Austria  orang terpukau mendengarkan  “Stille Nacht, heilige Nacht” buat pertama kalinya dalam sejarah,  mereka mungkin  membayangkan diri hadir di tengah lanskap  Palestina yang senyap sebelumYesus  — sesenyap malam di desa Oberndorf di utara kota Salzburg itu.  Salju membentang luas. Dingin mencengkeram. Langit gelap.   Wilayah itu masih penuh puing dari perang Napoleon yang merusak Eropa. Di mana-mana  hanya ada  rumah dengan cahaya kecil.  Dusun yang dihuni sekitar  5000 orang itu miskin.  Sudah beberapa lama orgel di Gereja Santa Nikolas rusak, dan “Malam Sunyi”— dibawakan dua orang, suara tenor dan bas — pun hanya diiringi gitar.   Saya bisa bayangkan, bagi jemaat di gereja itu — kebanyakan buruh perkapalan —  Tuhan terasa menghibur,  dari dekat, meskipun dari jauh, lebih jauh dari dusun Bethlehem. Sunyi, saat itu, seakan bertaut dengan yang sakral dan

MAAF

Gambar
Perdana Menteri Belanda meminta maaf atas kekerasan ekstrem selama masa kolonialisme. Padahal kolonialisme adalah ekstrem itu sendiri. Saya tak ingat persis. Tapi kini bisa saya duga, siang  itu  satu hari di bulan Febriuari 1948. Umur saya tujuh tahun.   Sejak semalam sebelumnya saya dengar  orang dewasa berbicara tentang “gencatan senjata”; kini saya simpulkan mereka berbicara tentang satu kesepakatan “Perjanjian Renville” yang mencoba mendamaikan konflik bersenjata antara Kerajaan Belanda dan Republik Indonesia.  Dunia tahu, perdamaian itu akhirnya tak bersungguh-sungguh. Tapi hari  itu  suasana memang tenang. Tadi malam tak terjadi tembak menembak lagi. Ada selintas rasa lega, mungkin riang, tapi juga  ganjil.   Tentara Belanda masih mondar mandir di jalan mengendarai jip terbuka, dengan bedil  dipangku, tapi penduduk kota kecil kami memasang bendera merah putih di pintu-pintu. Orang bahkan datang berhimpun di sebuah lapangan.  Saya ke sana,  ikut Ibu.   Tak ada rasa waswas. Satu s

RAHMAT JALALUDDIN RAKHMAT : GUSDUR MENGUASAI ILMU LADUNI

Gambar
JALALUDDIN RAKHMAT yakin bahwa Gus Dur adalah seorang yang menguasai ilmu laduni -- pengetahuan yang didapat seseorang tanpa melalui proses belajar. Bagaimana ia bisa seyakin itu? Ia menopang keyakinannya dengan cerita ketika ia, Gus Dur dan beberapa cendekiawan Islam, berkunjung ke Teheran atas undangan pemerintah Iran, pertengahan 1990an.  Dalam kunjungan itu mereka mendatangi kantor sejumlah petinggi Iran. Pada semua kunjungan itu Gus Dur tertidur setelah beberapa menit percakapan dimulai. Seusai pertemuan, dalam sesi "evaluasi" sekembalinya mereka ke hotel, biasanya ia dan teman-teman mengingatkan Gus Dur agar dalam pertemuan berikutnya tokoh NU itu jangan tertidur. "Ya, ya, ya," begitu tanggapan Gus Dur selalu.  Ketika mereka menemui Ketua Parlemen, tutur Jalal dalam obrolan ringan di ruang direksi majalah Ummat, ternyata Gus Dur tetap tertidur sebelum acara berakhir.  Di hari terakhir kunjungan, mereka akan menemui Presiden Hashemi Rafsanjani di kantornya. Jal
SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU MELALUI ZIKIR NAFI DAN ISBAT BAGI FOMULA TASYAWUF

DALIL WAHDATUL WUJUD DALAM AL QUR'AN DAN HADISTH

ABU THALIB AL-MAKKI PEMANDU AMALAN TAREKAT PARA SUFI

SYAIKH SITI JENAR : AL-FATIHAH SALAH SATU KUNCI NGIBADAH

TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.

🔂 FOLLOWERS