HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH AL BANJARI / DATUK ABULUNG - KESULTANAN BANJAR MARTAPURA

HAJI ABDUL HAMID WALI  ALLAH  AL BANJARI / DATUK  ABULUNG - KESULTANAN BANJAR MARTAPURA.
(Asli keturunan dari bangsawan kerajaan Banjar, Martapura).

PENGARUH HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG DI DUNIA ISLAM:

Bahwa sekitar ± 223 tahun yang silam yaitu sekitar 12 Dzulhijjah 1203 H / 1788 M  (2011 M-1788 M = 223 tahun) telah terjadi tragedi kecelakaan sejarah dijatuhkan Vonis dan Eksekusi mati oleh Pemerintahan Kerajaan Banjar dimasa berkuasanya Sultan Tahmidullah II kepada HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG sehubungan dengan ajaran TASHAWWUF WAHDATUL WUJUD – NYA yang mengejutkan dan mengemparkan dunia Islam yang pengaruhnya sangat besar ketika itu. Ia menyatakan bahwa Syari’at yang diajarkan pada masanya adalah kulit dan belum sampai kepada haqiqat dan menyatakan statemen baru bahwa “TIADA YANG MAUJUD MELAINKAN HANYA DIA, TIADA AKU MELAINKAN DIA, DIA-LAH AKU DAN AKU ADALAH DIA”. 

Paham hulul ini yang sebelumnya sekitar 1088 tahun yang silam sudah pernah diutarakan oleh Husein Ibnu Manshur bin Muhammad Al Hallaj (lahir: 244 H / 858 M s/d 923 M) yang dari lidahnya tergelincir (menzakhirkan) suatu kata-kata kejutan yang tidak dibenarkan oleh  hukum (syara) hal mana merupakan suatu bahaya musyahadah. AL-HALLAJ melafazh perkataan “TIDAK ADA YANG MAUJUD INI KECUALI UJUD ALLAH”. Musuh-musuhnya menambah keterangan yang memberatkan-nya sehingga ia dianggap sesat dan bertahun-tahun di penjara kemudian divonis dan dieksekusi mati. Mukanya berdarah, tangan dan kaki kanan-nya dipotong, sampai ke empat anggota badannya diceraikan. Namun ia tenang, sabar, tidak  mengeluh dan tidak mengadu sepatah katapun dan tak ada sepatah katapun kesakitan yang keluar dari mulutnya. Kemudian kepalanya  ditundukan untuk persembahkan kepada Tuhan, yang pada akhirnya dipisahkan dari badannya oleh ALGOJO KERAJAAN yang menjalankan vonis hukuman eksekusi mati atasnya. Kemudian badannya dibakar dan abunya dilemparkan kedalam sungai DAJLAH, IRAK. Penyiksaan yang demikian dari satu pihak menimbulkan penyesalan, dan dari lain pihak mengeluarkan cinta dan kasih sayang. Kemudian pengaruh paham-paham AL-HALLAJ tersiar luas di dunia islam yang kemudian masuk kedalam kitab-kitab shufi radiyullahuanhu. Dan tersiarlah kabar bahwa AL-HALLAJ ialah seorang SUCI, seorang KERAMAT dan seoran WALI.

Jikalau seorang hambalia yang sudah tahqiq benar-benar dalam maqam fana sempurna dan telah berada dalam situasi masiawallah (dalam wujud Allah semata-mata) sedangkan wujud lain tiada lagi, maka ia karam dalam lautan ketiadaan yang tiada tinggal sekali-kali hambalia, dan berbekaspun tiada lagi sebab mengenal sebenarnya diri. Dan dia telah lenyab dari dirinya sama sekali. Dalam keadaan mana hanya dalam kebaqaan Dzatullah semata-mata, sepenuhnya memandang dalam Ujud Allah Semata-mata / kehadiran hati bersama Allah semata-mata (tiada wujud secara mutlak kecuali Allah) dan seakan-akan tidak terlihat lagi baginya segala makhluk serta lenyapnya segala yang lain / fananya segala sesuatu termasuk dirinya (tenggelam-lenyap dalam lautan hidrat Ketuhanan Ke-Esa-an Dzatullah yang sempurna) karena yang nampak terpandang ialah Hak Allah / Dzatullah yang Maha Suci (yang tinggal kekal / baqa hanya Dzatullah semata mata) kebenaran yang tertinggi yang mempunyai sifat sempurna dan Maha Agung. Dialah yang Suci Awal  - Suci Akhir – Suci Zakhir – Suci Bathin yang meliputi sekalian alam ini adanya.

Ketika NAMPAK YANG QADIM maka LENYAPLAH YANG BAHARU yang ada hanyalah SATU WUJUD ialah “WUJUD ALLAH SEMATA-MATA”, yang lain sudah tiada mempunyai wujud lagi. Allah jualah yang meliputi sekalian alam ini adanya. Yang Esa hanya Allah semata-mata, yang maujud hanyalah Allah semata-mata. Dzat Allah suci awal, suci akhir, suci zakhir dan suci bathin. Diri ini tiada kuasa apa-apa, Diri ini tiada punya apa-apa, Diri ini tiada daya apa-apa, Diri ini tiada ada, Diri ini hanyalah penzakhiran wujud Allah semata-mata. ZAKHIRU RABBI WAL BATHINU ABDI - Zahir Tuhan pada hamba-Nya, ilmu haqeqat. AL INSANA MAQAMAL JAMI’A MIN ZANAN - Manusia itu tempat perhimpunan dari kenyataan-Nya. AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL INSAN - Tiada nyata-KU pada sesuatu, seperti kenyataan-KU pada manusia (Allah menyatakan dirinya lebih nyata pada manusia).

Dalam KITAB INSANUL KAMIL, berkata ABU HASAN ANNURY: “Jika aku berada pada Tuhanku, maka aku tiadalah pada diriku. Dan jika aku berada pada diriku, maka tiadalah aku pada Tuhanku”.

Kehancurannya perasaan / kesadaran atas tubuh kasar (AL-FANAUN NAFSI) ialah fana yang dicari orang Sufi. Dalam KITAB ARRISALAH AL-QUSYAIRIAH, dikatakan: “Pana seseorang dari dirinya dan dari makhluk lain, terjadi dengan hilangnya kesadaran tentang dirinya dan makhluk lain itu. Sebenarnya dirinya tetap ada dan demikian pula makhluk lainnya ada, akan tetapi tak sadar lagi pada mereka dan pada dirinya”.

AL ‘ARIFU RASSRIFU FI BACHRI LA ADAM -  Orang yang Arif itu karam dalam lautan ketiadaan. HAIZA QURA NAHU BIL QADDIMU LA BAI QASSIRRU - Yang Muhammad itu apabila disertakan dengan Tadim yaitu Allah, maka tiada tinggal sekali-kali Muhammad, berbekaspun tiada lagi sebab mengenal sebenar-benarnya diri. AL- INSANNU SIRRI  WA ANNA SIRRUHU - Insan itu Rahasia-Ku dan Aku pun Rahasianya.  SIRRI SIFATILLAH RAAIRA DZATI - Rahasia-Ku itu Sifat-Ku dan Sifat itu tiada lain dari pada-Ku.  WA FI ANFUSIKUM A FA LA TUBSIRUUN - Dan (juga) pada (dalam) diri-mu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan (melihat Aku). WA ANNAL MAUJUDU FATHABAINI TAJDIIN - Dan Aku maujud di dalam dirimu.  

AL INSANA MAQAMAL JAMI’A MIN ZANAN - Manusia itu tempat perhimpunan dari kenyataan-Nya. AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL INSAN - Tiada nyata-KU pada sesuatu, seperti kenyataan-KU pada manusia (Allah menyatakan dirinya lebih nyata pada manusia). Inilah Rahasia Tuhan  seru sekalian alam yang ghaib kepada Insan itu. ANNA SIRRIL INSANA SAKANAHU WAMA HAKAHU - Aku Rahasia manusia yang menggerakan-nya dan yang mendiamkan-nya. Insan itu sendiri ialah RAHASIA ALLAH, SIRR ALLAH (ANNA SIRRULLAH) nama-Nya jua yaitu DZAT ALLAH TA’ALA. Dan dari pada Allah jua nyata segala isi alam ini, dan Allah jua yang meliputi sekalian alam ini adanya. LI ANNAL HAQQIKATUL LA MAUJUDUN ILLALLAH - Bahwa tiada yang mewujud disegala haqiqat hanyalah Allah Ta’ala jua. Baqalah / kekalah Dzat Allah yang mempunyai sifat sempurna dan Maha Agung. Panalah dalam kebaqaan Allah dan lenyapnya dalam kehadiran Allah.

YANG SEHARUSNYA DI DALAM AMAT BERBAHAYA BILA DI KELUARKAN ATAU DIUCAPKAN KALAM QADIM YANG DATANG PADA SIRR (BAGIAN DALAM PADA HATI DAN PERASAAN) HANYA UNTUK DIRI SENDIRI, BUKAN UNTUK ORANG LAIN !!.

Kematian HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG yang berada ditangan ALGOJO KERAJAAN (KESULTANAN BANJAR) yang menjalankan vonis hukuman eksekusi mati atasnya dengan menggunakan senjatanya sendiri sebagaimana wasiat yang disampaikannya pada Sultan Banjar, dan pada cucuran darahnya mengalir berdzikrullah membentuk kalimah syahdat dengan tulisan kalimah tauhid LAA ILAAHA ILLALLAAH.

Pengarang-pengarang pada masa sekarang ini mencari bahan-bahan pikiran yang ketinggalan dari SYEKH HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK AMBULUNG maupun dari HUSEIN IBNU MANSHUR BIN MUHAMMAD AL HALLAJ (AL-HALLAJ). Namun para tokoh HULUL ini mereka sudah lenyap dalam WIHDATUL WUJUD, mereka sudah fana kedalam baqa Tuhan-nya.

Adapun yang empu-Nya itu, tajali pada diri kita. LAA ILAAHA ILLALLAH - Tiada yang maujud hanya Allah Ta’ala. Allah itu Tuhan dan tempatnya lebih nyata pada insan. Adapun Muhammad itu ialah fi’il pada kita, tetapi sesungguhnya semuanya itu adalah fi’il Allah Ta’ala jua adanya. Yang dinamai sebenar-benarnya RAHASIA ALLAH ialah SIRR ALLAH (ANNA SIRRULLAH) nama-Nya jua, yaitu ZAT ALLAH TA’ALA. Dan yang menerima Rahasia Allah itu ialah INSAN KAMIL MUKAMIL (manusia sempurna). Untuk mengenal Tuhan tidak diperbolehkan dengan cara berkhayal seperti yang dilakukan oleh orang-orang kafir. Maka jangan mencari Tuhan di tempat lain. Cari pada diri sendiri. Karena lebih nyata pada diri sendiri daripada yang lain.

Yang dikatakan ALLAH (nama Tuhan)  itu apa ? yaitu: HUWAL AWWALU WAL AKHIRU WAL ZAKHIRU WAL BATHIN, WA HUWA BI KULLI SYAI’IN ‘ALIM (Q.S. Al – Hadid, Ayat: 3) – Dia -lah yang Awal, yang Akhir yang Zakhir dan yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Maknanya: Allah jua yang meliputi sekalian alam ini adanya. LI ANNAL HAQQIKATUL LA MAUJUDUN ILLALLAH - Tiada yang mewujud di segala haqiqat hanyalah Allah jua. Sifat wujud hanya dimiliki oleh Allah SWT, yang lain tiada ada. Kita harus yakin adanya DZAT ALLAH TA’ALA. Dan dari pada Allah jua nyatanya segala isi alam ini.  Hanyalah  Tuhan : HU - ALLAH (DIA ALLAH).

ASAL ILMU ITU DARI AL-QUR’AN DAN HADITS JANGAN ENGKAU MENUNTUT SELAINNYA. ASAL AGAMA ITU “AWALUDDIN MA’RIFATULLAH” AWAL AGAMA MENGENAL ALLAH. ASAL MENGENAL ALLAH ITU YAITU “MENGENAL DIRI DAN ASAL DIRI”.

MAN ARFA NAFSAHU FAQAD ARFA RABBAHU. ARTINYA : BARANG SIAPA MENGENAL DIRINYA DIA DAPAT MENGENAL TUHANNYA.

HUWAL AWWALU WAL AKHIRU WAL ZAKHIRU WAL BATHIN, WA HUWA BI KULLI SYAI’IN ‘ALIM (Q.S. Al – Hadid, Ayat: 3) - Dia-lah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zakhir dan Yang Bathin, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Maknanya: Allah jua yang meliputi sekalian alam ini adanya.

DIKATAKAN TUHAN ITU HIDUP (DZAT YANG HIDUP), DAN TIADA YANG HIDUP SELAIN ALLAH SWT.  ITULAH YANG BERLAKU PADA INSAN. DAN TIADA BOLEH DIKATAKAN PERKATAAN INI KEPADA ORANG YANG BELUM TAHU JALANNYA, KARENA KITA DI DALAM HUKUM ALLAH.

 AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL INSAN (Hadits Qudsi). Artinya : Tiada nyata-KU pada sesuatu, seperti kenyataan-Ku pada manusia. Allah menyatakan dirinya lebih nyata pada manusia.

AL INSANA MAQAMAL JAMI’A MIN ZANAN (Hadits Qudsi). Artinya : Manusia itu tempat perhimpunan dari kenyataan-Nya.

AL- INSANNU SIRRI  WA ANNA SIRRUHU (Hadits Qudsi).  Artinya : Insan itu Rahasia-Ku dan Aku pun Rahasianya.

ANNA SIRRIL INSANA SAKANAHU WAMA HAKAHU (Hadits Qudsi).     Artinya : Aku Rahasia manusia yang menggerakan-nya dan yang mendiamkan-nya.

LI ANNAL HAQQIKATUL LA MAUJUDUN ILLALLAH (Hadits Qudsi).   Artinya: Bahwa tiada yang mewujud disegala haqiqat hanyalah Allah Ta’ala jua.

ANA MINALLAH WAL ALAMI MINNI (Sabda Nabi Muhammad, SAW). Artinya : Aku dari pada zat Allah, dan alam sekalian dari pada aku.

ZAHIRU RABBI WAL BATHINU ABSI (Sabda Nabi Muhammad, SAW). Artinya : Zahir Tuhan pada hamba-Nya, ilmu Haqeqat / Bathin. Maknanya: Inilah Rahasia Tuhan (Rahasia Allah = Anna Sirrullah, yaitu zat Allah Ta’ala) seru sekalian alam yang ghaib kepada Insan itu.

KHALAQA ADAMA KASHURATIHU. Artinya : Allah ciptakan Adam seperti rupa-Nya. Insan itu sendiri ialah RAHASIA ALLAH, SIRR ALLAH  (ANNA SIRRULLAH) nama-Nya jua yaitu DZAT ALLAH TA’ALA.

AL – INSAN SYIRRI WA ANNA SYIRRUHU (Hadits Qudsi). Artinya: Manusia itu Rahasia KU dan AKU lah Rahasia-nya.  kalau begitu keterangan Allah SWT manusia itu benar-benar kenyataan baginya, ujudnya Allah SWT.

ANNA BAATHINU ABDII FAHUWA RABBI (Hadits Qudsi). Artinya: Allah Rahasia Hamba maka Rahasianya Hamba adalah Allah.

AZHARU RABBI FAHUA ABDII (Hadits Qudsi). Artinya: Nyatanya Allah maka nyatanya di dalam Hamba.

ANNAL MAUJUDU FATHABAINI TAJDIIN (Hadits Qudsi). Artinya: Aku maujud didalam dirimu. 

LA YAS ANIL ARDLI WALA SAMA’I WALAKIN LA YAS ANIFI QALBI MU’MINIT TAQANNAQA (Hadits Qudsi). Artinya: Tiada luas pada bumi KU dan langit KU, tapi luas AKU pada hati hamba KU yang mu’min, yang takut lagi suci.

AL QALBI MU’MINU BAITULLAH (Sabda Nabi Muhammad, SAW). Artinya : Hati orang Mu’min itsana / rumah Allah.

QALBI MU’MINU ARASYULLAH (Sabda Nabi Muhammad, SAW). Artinya: Hati orang mu’min itu Arasyullah.

AL QALBU KAMISLI MIRUHU IZDATAN ZURUHU FIHI TAJALLA RABAHU (Sabda Nabi Muhammad, saw). Artinya: Hati itu seperti kaca suci, apabila engkau lihat maka kelihatanlah Tuhan mu, padahal tidak betapa.

LA YAS ANIL ARDLI WALA SAMA’I WALAKIN LA YAS ANIFI QALBI MU’MINIT TAQANNAQA (Hadits Qudsi). Artinya: Tiada luas pada bumi KU dan langit KU, tapi luas AKU pada hati hamba KU yang mu’min, yang takut lagi suci.

INNALLAAHA LAYAN SURALI SURIKUM WALA YAN SURALI A’MALAKUM WALAKUM YAN SURALI KULU WANIYA TUKUM (Hadits Qudsi). Artinya: Bagaimanapun Allah tidak memandang pada rupa-mu dan tiada melihat amal-mu, tetapi melihat hati dan jiwa / niat kamu jua.

HADITS QUDSI : Yang artinya: Tiada Aku menyatakan Rahasia itu kepada seseorang melainkan hanya kepada orang yang Aku ridhoi dari pada Rasul-Ku.

SABDA NABI MUHAMMAD SAW: Yang artinya: Sesungguhnya Allah tiada menilik rupa dan harta-mu, tetapi hati-mu lah yang ditilik-Nya. [Hadist Riwayat: Bukhari-Muslim].

FIRMAN ALLAH DALAM  [ Q.S. AL- ISRAA, ayat: 72 ]. WA MAN KAANA FII HAAZIHII A’MAA FA HUWA FIL-AAKHIRATI A’MAA WA ADALLU SABIILAA.  Artinya: Dan barang siapa buta (hati-nya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar). Maksudnya: Adapun buta itu adalah sangat luas. Bukan buta Mata, tetapi buta Hati, tiada melihat kenyataan Allah Ta’ala adanya.

INNALLAAHA LAYAN SURALI SURIKUM WALA YAN SURALI A’MALAKUM WALAKUM YAN SURALI KULU WANIYA TUKUM  (Sabda Nabi Muhammad, saw). Artinya: Bagaimanapun Allah tidak memandang pada rupa-mu dan tiada melihat amal-mu, tetapi melihat hati dan jiwa / niat kamu jua.

WAKULU MAN BIRAIRI ILMIN YA’MALU AKMALUHU MARDUDATUN LATAK BALU (Hadits Qudsi). Artinya: Setiap orang dengan tanpa ilmu dia beramal, maka amal-amalnya ditolak, tidak diterima.

INNA AURAMA YANJURU MIN ‘AKMALIHIS SHALAT PA’IN ZAJAT LAHU NUJIRA FISA IRI AKMALIHI  WAINLAM TAJUD LAHU YANJURU FISAI IN MIN AKMALIHI BAKDA (Hadist Riwayat: HAKIM). Artinya: Sesungghnya yang mula-mula dilihat oleh Allah dari amalan anak manusia adalah shalatnya. Apabila shalatnya sempurna diterimalah shalatnya itu dengan amal-amalnya yang lain. Jika shalatnya tidak sempurna,maka ditolaklah shalatnya itu dengan amal-amalnya yang lain.

YAKTI ALANNASI ZAMANU YUSALLUUNA WALA YUSALLUUN. Artinya: Akan datang kepada manusia suatu zaman, banyak yang shalat padahal sebenarnya mereka tidak shalat. (HR. AHMAD).

ANA SIRRIL INSANA SAKANAHU WAMA HAKAHU (Hadits Qudsi). Artinya: Aku Rahasia manusia yang menggerakan-nya dan yang mendiamkan-nya.

Kelakuan / af’al hambalia (Insan Kamil / Mukamil) ialah kelakuan / af’al (fi’il) Allah Ta’ala semata. Hambalia menafikan kelakuan diri zahir hambalia dengan mengisbatkan diri bathin hambalia itu ialah kelakuan zat Allah semata.

Cara menyatakan pandangan bathin (syuhud/ Musyahadah) anda yang benar: “Tiada ada yang berbuat pada hakekatnya melainkan Allah, tiada yang hidup pada hakekatnya melainkan Allah, dan tiada ada yang maujud pada hakekatnya melainkan Allah (apapun juga yang terjadi di dalam alam ini pada hakekatnya perbuatan Allah Ta’ala - Pelaku yang sebenarnya yaitu Allah Ta’ala / Fi’il yang Hakiki)”. Maka dengan demikian seseorang itu termasuk dalam golongan ahli tauhid yang benar, suatu golongan yang dijanjikan Allah dengan 2 sorga: sorga yang pertama adalah sorga Marifatullah di dunia, dan sorga ke-dua adalah sorga akhirat yang sudah dikenal berdasarkan dalil dan nas.

Engkau pandang dengan mata kepala dan engkau Syuhud (pandang / tangkap) dengan Mata Hati bahwa segala apa pun juga yang ada di dalam alam ini pada hakekatnya kembali kepada sumber asalnya yakni  Allah. Dalam arti hakiki: “Tidak ada yang maujud, kecuali Allah”. Segala yang maujud pada hakekatnya hanyalah khayalan-hayalan kosong atau sangkaan-sangkaan belaka jika dibandingkan dengan wujud Allah.

Syekh Abdul Wahab Sya’rani r.a bertanya kepada guru beliau Syekh ‘Ali Al-Khawwash r.a.: “Apa sebenarnya tingkat Haqeqat ?”. Gurunya menjawab: “tingkat haqeqat itu ialah hilangnya pada pandangan segala yang jahir ini, bukan hilang dalam arti hilang bentuk dan rupa (nafsul amri), yang terpandang itu hanya Allah semata-mata, yang memandang itu adalah Allah jua. Maka tidak tahu ia apa yang ia harus katakan, tidak pula ia tahu apakah perkataan yang telah dikatakannya, tidak pula ia terikat dengan kaedah-kaedah syara’ sehingga mereka dituduh Zindiq oleh orang-orang Shiddiq”. Cara (Kapiyat) pandangan bathin (syuhud/ Musyahadah) menyatakan tauhiduz zat itu ialah “pandang dengan mata kepala dan mata hati bahwa tidak ada yang maujud di dunia ini melainkan hanya Allah, fana segala zat apapun termasuk zat kita sendiri dibawah Zat Allah yang berdiri dengan sendirinya”.

SYUHUDUL KATSRAH FIL WAHDA (Artinya: Pandanglah / saksikanlah pada yang banyak itu, kepada yang satu). SYUHUDUL  WAHDA FIL KATSRAH (Artinya: Pandanglah / saksikanlah pada yang satu itu, kepada yang banyak).

LI ANNAL HAQQIKATUL LA MAUJUDUN ILLALLAH (Hadits Qudsi).   Artinya: Bahwa tiada yang mewujud disegala haqiqat hanyalah Allah Ta’ala jua. Dan dari pada Allah jua nyatanya segala isi alam ini.

KATA SAYYIDINA ABUBAKAR : MARA AITU SYAI’IN ILLA WARA ATTU LAHA QABLAHU. Artinya: Tiada sesuatu yang ku lihat, kecuali Allah yang ku lihat terlebih dahulu.

KATA SAYYIDINA UMAR : MARA AITU SYAI’AN ILLA MARA ATTU LAHU BA’DAHU. Artinya: Tiada aku lihat sesuatu kecuali Allah yang kulihat sebelumnya.

KATA SAYYIDINA USMAN : MARA AITU SYAI’AN ILLA WARA’AITU LAKU MA’AHU. Artinya: Tiada aku lihat sesuatu kecuali ku lihat Allah sertanya.

KATA SAYYIDINA ALI : MARA AITU SYAI’AN ILLA WARA’AITU LAHA FIHI. Artinya: Tiada aku lihat sesuatu kecuali aku lihat Allah didalamnya.

ANNA SIRRIL INSANA SAKANAHU WAMA HAKAHU (Hadits Qudsi).     Artinya: Aku Rahasia manusia yang menggerakan-nya dan yang mendiamkan-nya.

SYEKH ABDUL QADIR JAELANI. Q.S : KULLU HAQIQATIN LA TU’ AYYIDUHAS-SYARI’ATU FAHIYA ZINDIQATUN. Artinya: Tiap-tiap Hakekat  yang tidak dikuatkan dengan Syareat adalah Kufur Zindiq.

AS- SYARI’ATU BILA HAQIQATIN ‘ATHILATUN : Artinya: SYARE’AT  TANPA  HAQIQAT adalah SIA-SIA (HAMPA)   dan HAQIQAT  TANPA  SYARE’AT adalah SALAH  ARAH / BATHIL. (Bathil artinya: Kesalahan, kejahatan, kemungkaran dan sebagainya).

AL- QUTHUBU-RABBANNIY MAULANA SYEKH ABDUL QADIR JAELANI   q.s. BERKATA:
KULLU HAQIQATIN LA TU’ AYYIDUHAS - SYARI’ATU FAHIYA ZINDIQATUN. Artinya: Tiap-tiap Hakekat yang tidak dikuatkan dengan Syareat adalah Kufur Zindiq.

SABDA NABI MUHAMMAD, S.A.W. YANG ARTINYA : Yang artinya : Jangan engkau katakan ilmu hikmah itu kepada bukan ahlinya, maka zalim engkau. Dan jangan engkau cegah kepada ahlinya. Maka zalim engkau akan mereka itu.    

SABDA NABI MUHAMMAD, S.A.W:
MA HADASTA AHADUN QAUMAN BI HADISTIN LA YABLUGHUHU UQULUHUM ILLA KANA FITNATAN LAHUM. Artinya : Adapun yang dibicarakan seseorang kepada suatu kaum, dengan pembicaraan yang tingkat kecerdasan mereka tidak mampu untuk memahaminya, hanya akan menimbulkan fitnah terhadap mereka.  

BERKATA SAHL AT-TUSTURY [ABDULLAH AT- TUSTURY] R.A : LA TATHLA‘L AHDASTA ‘ALAL ASRARI QABLA TAMKI NIHIM. Artinya : Jangan kamu angkat bicara tentang rahasia-rahasia ke-Tuhanan, sebelum mereka / pendengar itu tetap pendirian mereka.

BERKATA ABU HURAIRAH R.A. Tentang hadis Rasulullah, yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari r.a : Hafizhtu min Rasulillahi S.A.W. wi’a ‘aini minal ilmi faamma ahaduhuma fabayantuhu, wal akharu lau bayyantuhu laquthi ‘alil hulqumu. Artinya: Aku menghafalkan dua macam ilmu dari Rasulullah s.a.w. Adapun satu diantaranya kuterangkan, tetapi yang satu macam lagi kalau kuterangkan akan dipotong orang leherku.

SAYYIDINA ‘ALI BIN ABI THALIB K.W. BERKATA : Ya rabbi, jauharu ‘ilmi lau abuhu bihi, laqila li antamimman ya’budul wastna walastahalla rijalun muslimuna dami yarauna aqbaha ma ya’ tunahu husna. Artinya : Ya Tuhanku, andai kata kutunjukan permata ilmu-ku, di katakan orang aku termasuk orang-orang penyembah berhala. Laki-laki muslim menghalalkan darah-ku, mereka menyangka apa yang kutunjukan itu adalah yang paling jelek, dan apa yang mereka perbuat itu adalah yang paling baik.

Adapun AMANAH / RAHASIA ALLAH (lihat: Q.S. Al- Ahzab, ayat: 72) itu telah diterima manusia, maka adalah menjadi tanggung jawab manusia untuk menunaikan janjinya. Tugas manusia adalah menjaga hubungannya dengan yang punya Rahasia. Dan menegembalikan (menyampaikan) Amanat kepada yang berhak menerimanya, yakni   Allah Ta’ala.

Setelah AMANAH / RAHASIA ALLAH (lihat: Q.S. Al- Ahzab, ayat: 72) diterima oleh manusia untuk tujan inilah maka Adam diciptakan dan memperbanyak diri. Ya’ni diri penanggung Rahasia dan berkembang dari satu Jaman ke Jaman berikutnya, dari satu generasi ke generasi yang berikutnya sampai alam ini mengalami KIAMAT dan RAHASIA DI KUMPUL KEMBALI.

Manusia akan BERGUNA / MULIA DI SISI ALLAH jika Ia dapat MENJAGA AMANAH RAHASIA ALLAH (lihat: Q.S. Al- Ahzab, ayat: 72), dan berusaha MENGENAL DIRI DAN ASAL DIRI. MAN ARFA NAFSAHU FAQAD ARFA RABBAHU - Barang siapa mengenal dirinya, dia dapat mengenal Tuhan-nya (Hadits Qudsi). Jikalau manusia dapat mengenal diri dan asal diri, maka dengan itu pulalah ia dapat mengenal Tuhan-nya.

Pahamkan baik-baik jangan syak wasangka, dan jangan cari Tuhan itu di tempat lain, kecuali pada diri kita sendiri. Dan ilmu ini seperti pada keadaan wujud dan tetap nyata. Tuhan itu pada diri kita sendiri terlebih nyata dari yang lain. Tiada nyata Allah pada suatu melainkan dengan manusia. Karena Insan itu sendiri ialah RAHASIA ALLAH, SIFAT ALLAH, ASMA’ ALLAH dan AF’AL ALLAH. Dan yang bernama RAHASIA ALLAH itu ialah SIRR ALLAH jua yaitu ZAT ALLAH TA’ALA.

SIRR akan dapat menerima PANTULAN CAHAYA TUHAN apabila QALBU dan ROH benar-benar SUCI, kosong dan tidak berisi suatu apapun. Di dalam SIRR itu ialah tempat tajalli AKU (ALLAH) dan tempat AKU (ALLAH) menaruh RAHASIA  (ZAT ALLAH),  dan tempat mengenal akan AKU (ALLAH).

Allah Ta’ala Dzat Yang Maha Bijaksana berkali-kali mendesak menyuruh kita (manusia) supaya melihat ke-dalam diri kita (manusia)  sendiri. AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL INSAN (hadis Qudsi) - Tiada nyata-KU pada sesuatu, seperti kenyataan-KU pada manusia (Allah menyatakan diri-Nya lebih nyata pada manusia).  WA FII ANFUSIKUM AFA LAA TUBSHIRUUN (AL-QUR’AN, S. AL- ZARIYAT: 21) - Dan (juga) pada (dalam) diri-mu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan (melihat Aku). WA HUWA MA’AKUM AINA MA KUNTUM (AL-QUR’AN. S. AL- HADID, Ayat 4) - Dan Dia (Allah) bersama kamu, dimana saja kamu berada. Demikian juga firman Allah kepada Nabi Musa, As.  di dalam Al’quran : ANA AQRABU  ‘ALAIKA MAN BAYADHI ‘AI NAIKA ILA SUDIHA - Hai Musa, AKU terlebih hampir- Hampir kepada kamu, dari pada hampir-nya mata hitam dan mata putih kamu. WA LILLAHIL-MASYRIQU WAL-MAGRIBU FA AINAMA TUWALLU FATSAMMA WAJHULLAAH, INNALLAAHA WAASI ’ALIIM (AL-QUR’AN. S. AL-BAQARAH, AYAT 115) - Kepunyaan Allah-lah  Barat dan Timur, maka kemanapun kamu menghadap disitulah Wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui. SAYYIDINA ABU BAKAR,r.a. ketika ditanya: Dengan apa engkau melihat Tuhan ?. Beliau menjawab: Dengan sesuatu yang telah Allah perlihatkan sendiri pada-ku.

ALLAZINA YUFUNA BI’AHDILLAHI WALA YAN QUDUNAL MISAQ (AL-QUR’AN, S. AR- RADU: 20) - (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji. INNALLAHA YA’ MURUKUM AN TU’ADDUL- AMANATI ILA AHLIHA (AL-QUR’AN, S.  AN-NISA, AYAT: 58) - Sesungguh, Allah menyuruh-mu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya (Allah). INNAHII KANA ZALUMAN JAHULA (AL- QUR’AN, S. AL- AHZAB: 72) - Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Dan tidak mau melihat kenyataan Allah.

Dan karena firman Allah dalam surat Al- Ahzab 72 inilah kita mengucapkan : “ASYAHADUALLA ILAAHA ILLALLAH WA ASYAHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH”. Artinya: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Maknanya: Kita bersaksi dengan diri kita sendiri bahwa tiada yang nyata pada diri kita sendiri hanya Allah Semata-mata dengan tubuh Zahir kita sebagai tempat menanggung rahasia Allah dan akan menjaganya buat selama-lamanya.

FIRMAN ALLAH DALAM  (Q.S. AL- ISRAA, ayat: 72).
WA MAN KAANA FII HAAZIHII A’MAA FA HUWA FIL-AAKHIRATI A’MAA WA ADALLU SABIILAA.  Artinya : Dan barang siapa buta (hati-nya) di dunia ini, maka di akhirat dia akan buta dan tersesat jauh dari jalan (yang benar).

FIRMAN ALLAH DALAM  (Q.S. AL-  HAJJ, ayat: 46 ) : Artinya: Sebenar-nya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. 

Duhai diri ini !   Masih jugakah engkau tidak tahu diri. Dan masih jugakah engkau berjalan congkak di muka bumi milik Allah Ta’ala ini dan menyombongkan diri.

Jika kita ini masih AWAM dalam lapangan ilmu Tashawwuf (ilmu Bathin / ilmu Haqiqat) mau tidak mau kita mempelajari pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh mereka yang punya keahlian dalam bidang ilmu tersebut, yaitu AHLUL TASHAWWUF golongan ARIF BILLAH. Dan kita tahu pula bahwa pembicaraan mereka dibidang ilmu itu berdasarkan dalil-dalil yang terdapat pada AL-QUR’AN dan HADITS RASULULLAH, SAW.

Hadits yang diriwayatkan dari ABI HURAIRAH r.a. ia berkata : Yang artinya: Pada saat Rasulullah SAW berada di tengah kelompok orang ramai tiba-tiba MALAIKAT JIBRIL datang lantas bertanya. Kemudian laki-laki itu (MALAIKAT JIBRIL) bertanya lagi “APAKAH IHSAN ITU ?”. Rasulullah menjawab, IHSAN ialah keadaan engkau menyembah Tuhan, seakan-akan engkau melihatnya, sekiranya engkau tidak melihatnya, maka Allah melihat engkau. [HR. Bukhari].

Apa yang keluar dari dua bibir ini hanya sekedar ISYARAT dan ITIBAR. Siapa saja yang menyatakan hal itu dapat diungkapkan secara tepat dengan kata dan gambaran, maka orang itu jelas KAFIR ZINDIK. Dalam tangga peningkatan ma’rifat yang lebih penting adalah MENGERTI dan PAHAM, karena dengan demikian akal sudah dapat menerima.

FIRMAN ALLAH DALAM HADIS QUDSI : Yang artinya: Sesungguhnya, hamba adalah hamba, Tuhan adalah Tuhan, tidaklah bisa hamba menjadi Tuhan dan Tuhan menjadi hamba.  [Syekh Abdul Karim Al-Jilli: Insan Kamil].

HADITS YANG DIRIWAYATKAN  DARI SAYYIDINA ALI KARRAMAHULLAHU WAJHUHU:
Yang Artinya: Dan dari Sayyidina Ali Karramahullahu Wajhuhu, beliau berkata: Aku katakan. Ya Rasulullah, manakah jalan / Tarekat yang sedekat-dekatnya kepada Allah dan semudah mudahnya atas hamba Allah dan semulia-mulianya di sisi Allah ?.
Maka Sabda Rasulullah, Ya Ali. Penting atas kamu berkekalan / senantiasa berzikir kepada Allah.
Maka berkatalah Sayyidina Ali, tiap orang berjikir kepada Allah. Maka Rasulullah bersabda: Ya Ali, tidak akan terjadi kiamat sehingga tiada tingal lagi di atas permukaan  bumi ini, orang yang mengucapkan ALLAH, ALLAH. Maka sahut Ali kepada Rasulullah, bagaimana cara aku berzikir Ya Rasulullah ?
Maka Rasulullah bersabda: Coba pejamkan ke dua mata-mu dan dengarlah dari saya ucapan 3 kali. Kemudian ucapkanlah Ali seperti itu dan aku akan dengarkan. Maka Rasulullah sejenak mengucapkan “LAA ILAAHA ILLALLAH”  tiga kali sedang kedua matanya tertutup. Kemudian Ali pun mengucapkan: “LAA ILAAHA ILLALLAH” seperti demikian.

SABDA RASULULLAH, SAW : Yang artinya: Semulia-mulia apa yang selalu aku ucapkan dan yang selalu juga diucapkan oleh Nabi-Nabi sebelum Aku, ialah: “LAA ILAAHA ILLALLAH”

KALIMAH:  LA  ILAHA  ILLALLAH  MUHAMMADAR - RASULULLAH.
1.   Disaat Allah Ta’ala menciptakan Nabi Adam ketika itu terlihat dan terbaca oleh Adam kalimah tersebut tertulis di Tiang Arasy.
2.   Tatkala rahasia 9 bulan didalam rahim Ibunya LAA ILAAHA ILLALLAAH pujian-Nya.
3.   Diucapkan ketika seseorang masuk kedalam Islam keseluruhanya.
4.   Diucapkan oleh setiap Insan ketika menghadapi Sakaratul Maut.
5.   Diucapkan oleh setiap Insan di Alam Kubur sebanyak 3x ketika ditanya oleh Malaikat Nunkar dan Nankir.
6.   Kunci sebagai pembuka pintu surga.

FIRMAN ALLAH : Yang artinya: Bahwa Allah menunjuki dengan Nur Cahaya-Nya siapa-siapa saja hambanya yang dikehendaki.

Catatan risalah (manuscripts) ini menyatakan kesudahan ilmu orang taqiq tiada lagi diperoleh yang lebih dari pada ini, sekalipun Ambiya - Aulia. Fikirkan oleh-mu dan hendaklah engkau tanyakan kepada ahlinya (Guru yang Mursyid = Seorang guru pembimbing dalam ilmu Syare’at, ilmu Thariqat, ilmu Haqiqat dan Ma’rifat yang dicerdikan oleh Allah dengan izin Allah dan ridho-Nya yakni Dia Mursyid yang Kamil lagi Mukamil / sempurna lagi menyempurnakan karena karunia Allah) dan mengerti. Dikatakan ahlinya ialah orang-orang yang memiliki kecerdasan dan intelejensia untuk dapat memahami permasalahan-nya  dan ada keghairahan untuk mendalami masalah kebatinan akan yang boleh menguraikan-nya perkataan yang singkat ini yang terlebih besar kaedah-nya dari pada dunia serta isi-nya akan jalan ini, dan terlalu keras dari pada batu, dan terlalu tajam dari pada pedang. LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL ‘ALIYYIL  ‘AZHIIM - Tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Manuscripts ini jalan segala Ambiya - Auliya, Inilah ilmu syuhud ilmu sufi radiyullahuanhu.

Untuk sampai kepada Allah bukan suatu keharusan dengan perantara guru (mursyid) sebagai umumnya disangka oleh sementara kalangan Sufi. Melalui guru (Mursyid) dalam hal menuntut Ilmu Tasawuf itu hanyalah sekedar kebiasaan. Guru (mursyid) bukanlah seorang yang pasti bisa mengantar muridnya untuk sampai kepada Allah. “ SAMA SEKALI TIDAK ”.

Seorang guru (mursyid) pembimbing dalam ilmu Syare’at, ilmu Thariqat, ilmu Haqiqat dan Ma’rifat yang dicerdikan oleh Allah dengan izin-Nya dan ridho-Nya, mursyid yang Kamil lagi Mukamil / sempurna lagi menyempurnakan yang mendapat Karunia Allah,  dikalangan ilmu Tasawuf hanyalah sekedar menunjukan  jalan dalam bentuk isyarat, gambaran, pengertian dan pemahaman semata-mata.

Namun semua itu adalah TERGANTUNG SELURUHNYA PADA KEHENDAK ALLAH TA’ALA SENDIRI. Apalagi bila sampai kepada pengertian hakiki tentang MA’RIFAT ialah ALLAH SENDIRI YANG MEMPERKENALKAN DIRI. Makrifat adalah “Kasyaf” yang maksudnya, terbuka baginya hakekat segala sesuatu ini, fana dirinya, kemudian fanalah fana itu sendiri, artinya BUKAN DIRI-NYA SENDIRI YANG MEMPANAKAN TETAPI ALLAH-LAH YANG MEMFANAKAN-NYA.

Allah sampaikan seseorang hambanya kepada-Nya, atas kehendak-Nya sendiri dengan beberapa macam tarikan (Jadzabaat). Sebagian dari cara-cara tarikan Tuhan untuk menyampaikan seseorang hamba kepada-Nya antara lain adalah dengan cara memperbanyak membaca “SHALAWAT” di waktu siang dan malam.

Meskipun dalam tingkat keilmuan, ilmu Ma’rifat adalah termasuk dalam katagori “ILMU TINGKAT TINGGI”, namun tidaklah berarti meniadakan maupun menggugurkan syari’at / hukum yang berlaku. Ilmu Syariat, Ilmu Thoriqat, Ilmu Hakikat bersatu dalam Ilmu Ma’rifat. Apabila salah satunya digugurkan, maka bukanlah Ma’rifat yang benar.

AL- QUTHUBUR – RABBANIY MAULANA SYEKH ABDUL QADIR JAELANI q.s. BERKATA:
KULLU HAQIQATIN LA TU’ AYYIDUHAS-SYARI’ATU FAHIYA ZINDIQATUN. Artinya: Tiap-tiap Hakekat yang tidak dikuatkan dengan Syareat adalah Kufur Zindiq.

IMAM MALIK, r.a seperti yang dicatat di dalam buku Ali al-Adawi dari keterangan Imam Abil Hasan, ulama fiqh. Barang siapa mempelajari Tashawwuf (Ilmu Haqeqat / Ilmu Bathin) tanpa Fiqh (Ilmu Syare’at) maka dia telah zindik, dan barangsiapa mempelajari fiqh tanpa Tashawwuf dia tersesat, dan siapa yang mempelari Tashawwuf dan Fiqh dia meraih kebenaran.

Syareat, Thariqat, Hakikat dan Ma’rifat merupakan satu - kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Gugur salah satunya berarti gugur pula keseluruhannya. Seperti yang di isyaratkan oleh para Ulama : AS-SYARI’ATU BILA HAQIQATIN ‘ATHILATUN. Artinya: Syareat tanpa hakekat adalah sia-sia dan Hakekat tanpa Syareat adalah salah arah.

FIRMAN ALLAH DALAM HADIS QUDSI : Yang artinya: Sesungguhnya, hamba adalah hamba, Tuhan adalah Tuhan, tidaklah bisa hamba menjadi Tuhan dan Tuhan menjadi hamba.  [Syekh Abdul Karim Al-Jilli: Insan Kamil].

AHLI-AHLI TASHAWWUF MENGATAKAN : Ketika aku melihat Tuhan, tidaklah melihat yang lain, demikianlah yang lain di-sisi kami tidak lagi dibolehkan.

Kisah HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG (sekitar 223 tahun yang silam) dan atau AL-HALLAJ (sekitar 1088 tahun yang silam) dengan TUHANNYA adalah “kisah yang nyata terjadi di masa umat yang lalu, sebuah kisah yang jarang terdapat contoh teladannya karena mengandung peperangan antara hati dan ketakutan, antara mata dan air mata yang berlinang-linang. Orang dapat mempelajari apa yang sukar dipahami, yaitu: “BAHWA CINTA TIDAK MENGENAL MAIN-MAIN DAN OLOK-OLOK” dan mempersamakan - nya dengan NABI ISA, As (ISA AL-MASIH) dalam TA’AYIN-NYA ZATULLAH dan SIFAT ALLAH (DR. Zaki Mubarak membela AL-HALLAJ dalam Kitabnya AT-Tasawwuf Al Islam, Mesir 1938).

Demikian jua yang lain banyak membela AL-HALLAJ diantaranya : IBNU SURAIJ mengatakan AL-HALLAJ hafal AL-QUR’AN, seorang alim tentang ilmu Al-Qur’an, mahir dalam ilmu FIQH, Ahli HADITS, sejarah Agama dan SUNAH NABI; QUSYAIRI memuji-muji Al-Hallaj dalam risalahnya sebagai seorang shufi terbesar;  IMAM GHOZALI.
         
Pada abad XII M, SUHRAWARDI (nama lengkap-nya: UMAR BIN MUHAMMAD BIN ABDULLAH BIN MUHAMMAD SUHRAWARDI), yang dimasukan ke-dalam golongan WALI ALLAH, Ia se-orang SHUFI juga AHLI FIQH yang terkemuka dalam MADZHAB SYAFI’I yang terkenal di IRAK – PERSIA sampai abat XVII, yang memainkan peranan penting dalam faham Tahsawwuf. Tatkala SUHRAWARDI ditanya orang untuk memilih, manakah yang cocok menurut keyakinan-nya Tashawwuf menurut AL- HALAJ atau Tashawwuf menurut AL- FARABI, dengan lain perkataan apakah Suhrawardi akan memilih filsafat  ITTISAL  atau teori AHLI HULUL ITTIHAD ?.  SUHRAWARDI berkata: bahwa bagi-nya  ITTISAL dan ITTIHAD kedua-duanya DAPAT DITERIMA.

Hanya sebagai pendekatan waktu masa  hidup se-jaman dengan SYEKH HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG saja.
Yang kononnya menurut penelitian H.A. Rasyidah disebut Syekh Haji Abdul Al-Hamid pernah menjabat posisi strategis di Kesultanan Banjar tepatnya sebagai MUFTI.   [Rasyidah: 1990].

Bahwa SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI umurnya 102 tahun (lahir: di Lok Gabang 17 Maret 1710 M / 15 Shafar 1122 H, dan wafat: di Dalam Pagar 3 Okt 1812 M / 6 Syawwal 1227 H), ialah yang menjabat sebagai MUFTI di Kesultanan Banjar di saat  SYEKH HAJI ABDUL HAMID WALI ALLAH / DATUK ABULUNG dijatuhkan vonis dan eksekusi mati ketika itu.  Kisah-syaikh-abu-yazid-al-bustami

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Link

Komentar

SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU MELALUI ZIKIR NAFI DAN ISBAT BAGI FOMULA TASYAWUF

DALIL WAHDATUL WUJUD DALAM AL QUR'AN DAN HADISTH

SYAIKH SITI JENAR : AL-FATIHAH SALAH SATU KUNCI NGIBADAH

ABU THALIB AL-MAKKI PEMANDU AMALAN TAREKAT PARA SUFI

TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.

🔂 FOLLOWERS