MENYINGKAP RAHASIA PUISI PUISI RUMI

Menyingkap Rahasia Puisi Puisi Rumi

Biarkan aku bercerita tentang
keajaiban-keajaiban Dikau, oh Cinta! Ijinkan
aku membuka pintu gaib bagi makhluk,
dengan ucapan!

Salah satu cara menyingkap rahasia di balik puisi-puisi mistik Maulawi Jalaluddin Rumi adalah mencari kata-kunci (keyword) yang sering digunakan Rumi di dalam puisi-puisinya yang banyak menawan banyak orang.

Bagi penggemar puisi-puisi Rumi, kata CINTA mungkin merupakan kata yang paling sering diekspresikan Rumi di dalam puisi-puisinya. Oleh karena itulah bagi mereka yang kering dari rasa ini pastilah akan mengalami kesulitan hebat untuk bisa memahami semua yang diungkap Rumi di dalam karya-karyanya.

Cinta, bagi Rumi, sesuatu yang tidak mungkin bisa lepas darinya. Kalau boleh kita sedikit ekstrem bisa dikatakan Rumi adalah seorang sufi “pemuja” Cinta!

Bagi sebagian kecil orang – sekali lagi bagi mereka yang tidak akrab dengan dunia rasa – akan sangat sulit memahami semua karya Rumi. Untuk bisa memahami Rumi, anda tidak hanya diminta untuk memiliki tingkat pemahaman tertentu tetapi, yang lebih penting lagi adalah anda mesti memiliki kepekaan rasa yang lebih.

Daya pikat puisi-puisi Rumi tidak sekedar mengekspresikan cinta tanpa arah yang pasti. Cinta yang diungkap Rumi dalam semua puisi-puisinya mengandung rahasia-rahasia irfan *] yang lumayan tinggi.

Saya katakan lumayan tinggi, karena irfan yang diungkap Rumi dalam puisi-puisinya merupakan ungkapan-ungkapan indah yang terjelma dari pemahaman Wahdah al-Wujud-nya Syaikh al-Akbar Ibn ‘Arabi, seorang sufi genius awal abad 12 M.

Banyak pengamat karya-karya Rumi, semisal Annemarie Schimel dan William C. Chittick, yang menganggap Rumi banyak dipengaruhi pemikiran sufi besar Ibn ‘Arabi.

“Diwan-i Syams-i Tabriz Rumi, misalnya, merepresentasikan pengalaman-pengalaman spiritual tertentu seperti “menyatu” dengan Tuhan atau pun perpisahan dengan sang Kekasih, yang semua itu digambarkan Rumi dengan sangat sesuai melalui simbol-simbol dan kiasan-kiasan,” demikan jelas Chittick.

Bahkan secara ekstrem, ada beberapa pengamat yang mengatakan bahwa Rumi merupakan seorang komentator (pensyarah) karya-karya Ibn ‘Arabi dalam bentuk puisi!

Tapi saya membantah pernyataan tersebut mengingat bahwa Rumi merupakan seorang sufi yang memang tidak sekedar bersyair atau berpuisi, tetapi dia juga mengamalkan praktik-praktik sufi yang berat dibawah bimbingan guru sekaligus sahabatnya, Syamsuddin Tabrizi.

Puisi-puisi atau syair-syair Rumi bisa dikatakan terekspresi dibawah pengaruh keadaaan-keadaan yang lumrah dialami oleh sufi-sufi besar sebelumnya seperti Bayazid al-Busthami dan al-Hallaj.

Inilah yang saya maksud bahwa karya Rumi bukan sekadar puisi atau syair, tetapi merupakan ekspresi pengalaman batin seorang sufi.

Manusia rendah mencuri kata-kata kaum
darwis untuk menipu orang-orang
yang berpikiran sederhana
(Matsnawi)

Singkat kata, kita takkan pernah bisa memahami karya-karaya Rumi tanpa terlebih dahulu mencoba memahami dasar pemikiran Rumi tentang Wahdah al-Wujud. Karena hampir semua – kalau tidak boleh dikatakan semua – karya Rumi merupakan celoteh kaum sufi yang sedang dimabuk cinta.

Secara sederhana Irfan bisa dikatakan sebagai : pengetahuan tentang Tuhan. Kata irfan sendiri diambil dari akar kata ‘arafa yang berarti pengetahuan dan ilmu irfan merupakan ilmu yang memfokuskan pembahasan tentang Tuhan dalam berbagai aspek. Tetes-tetes-air-rumi

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Link

Komentar

SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

SYAIKH SITI JENAR : AL-FATIHAH SALAH SATU KUNCI NGIBADAH

CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU MELALUI ZIKIR NAFI DAN ISBAT BAGI FOMULA TASYAWUF

TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.

PUSAKA MADINAH

AL HALLAJ IBLIS ADALAH TEMAN DAN FIRAUN ADALAH GURUNYA

🔂 FOLLOWERS