FANA DALAM KEBAQAAN ALLAH DAN LENYAP KEHADIRAN ALLAH

Ucapan spiritual Syekh Siti Jenar tersebut diucapkan pada saat para wali menghendaki diskusi yang membahas masalah Micara Ilmu tanpa Tedeng Aling-aling. Diskusi para wali diadakan setelah Dewan Walisanga mendengar bahwa Syekh Siti Jenar mulai mengajarkan ilmu ma’rifat dan hakikat. Sementara dalam tugas resmi yang diberikan oleh Dewan Walisanga hanya diberi kewenangan mengajarkan syahadat dan tauhid. Sementara menurut Syekh Siti Jenar justru inti paling mendasar tentang tauhid adalah manunggal, di mana seluruh ciptaan pasti akan kembali menyatu dengan yang menciptakan.

Pada saat itu, Sunan Gunung Jati mengemukakan, “Adapun Allah itu adalah yang berwujud haq”; Sunan Giri berpendapat, “Allah itu adalah jauhnya tanpa batas, dekatnya tanpa rabaan.”; Sunan Bonang berkata, “Allah itu tidak berwarna, tidak berupa, tidak berarah, tidak bertempat, tidak berbahasa, tidak bersuara, wajib adanya, mustahil tidak adanya.”; Sunan Kalijaga menyatakan, “Allah itu adalah seumpama memainkan wayang.”; Syekh Maghribi berkata, “Allah itu meliputi segala sesuatu.”; Syekh Majagung menyatakan, “Allah itu bukan disana atau disitu, tetapi ini.”; Syekh Bentong menyuarakan, “Allah itu itu bukan disana sini, ya inilah.”; Setelah ungkapan Syekh Bentong inilah, tiba giliran Syekh Siti Jenar dan mengungkapkan konsep dasar teologinya di atas. Hanya saja ungkapan Syekh Siti Jenar tersebut ditanggapi dengan keras oleh Sunan Kudus, yang salah menangkap makna ungkapan mistik tersebut, “Jangan suka terlanjur bahasa menurut pendapat hamba adapun Allah itu tidak bersekutu dengan sesama.”

“Syekh Lemah Abang namaku, Rasulullah ya aku, Muhammad ya aku, Asma Allah itu sesungguhnya diriku; ya Akulah yang menjadi Allah ta’ala.” (Wawacan Sunan Gunung Jati terbitan Emon Suryaatmana dan T.D. Sudjana, Pupuh 38 Sinom, bait 13).
Dan allah itulah satu-satunya Wujud. Yang lain hanya sekedar mewujud. Cahaya hanya satu, selain itu hanya memancarkan cahaya saja, atau pantulannya saja. Subtansi pernyataan Syekh Siti Jenar tersebut adalah Qs. Al-Baqarah/2;115, “Timur dan Barat kepunyaan Allah. Maka ke mana saja kamu menghadap di situlah Wajah Allah. ” Wujud itu dalam Pribadi, dan di dunia atau alam kematian ini, memerlukan wadah bagi pribadi untuk mengejawantah, menguji diri sejauh mana kemampuannya mengelola keinginan wadag, sementara Pribadinya tetap suci.

“…marilah kita berbicara dengan terus terang. Aku ini Allah. Akulah yang sebenarnya disebut Prabu Satmata, tidak ada lain yang bernama Allah…saya menyampaikan ilmu tertinggi yang membahas ketunggalan. Ini bukan badan, selamanya bukan, karena badan tidak ada. Yang kita bicarakan ialah ilmu sejati dan untuk semua orang kita membuka tabir [artinya membuka rahasia yang paling tersembunyi.]” (Serat Siti Jenar Asmarandana, hlm. 15, bait 20-22).

Ketika NAMPAK YANG QADIM maka LENYAPLAH YANG BAHARU yang ada hanyalah SATU WUJUD ialah “WUJUD ALLAH SEMATA-MATA”, yang lain sudah tiada mempunyai wujud lagi. Allah jualah yang meliputi sekalian alam ini adanya. Yang Esa hanya Allah semata-mata, yang maujud hanyalah Allah semata-mata. Zat Allah suci awal, suci akhir, suci zakhir dan suci bathin. Diri ini tiada kuasa apa-apa, Diri ini tiada punya apa-apa, Diri ini tiada daya apa-apa, Diri ini tiada ada, Diri ini hanyalah penzahiran wujud Allah semata-mata. ZAKHIRU RABBI WAL BATHINU ABDI - Zahir Tuhan pada hamba-Nya, ilmu haqeqat. AL INSANA MAQAMAL JAMI’A MIN ZANAN - Manusia itu tempat perhimpunan dari kenyataan-Nya. AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL INSAN - Tiada nyata-KU pada sesuatu, seperti kenyataan-KU pada manusia (Allah menyatakan dirinya lebih nyata pada manusia).

Kalau kita sudah tahu hakikat yang empat ini, bahwa :
Tubuh hakikatnya Af'al Allah, Hati hakikatnya Asma Allah, Nyawa hakikatnya Sifat Allah, Rahasia hakikatnya Zat Allah. Tentulah kita sadari, pada diri kita itu tidak ada tubuh, tidak ada hati, tidak ada nyawa dan tidak ada rahasia. Yang ada adalah Af'al Allah, Asma Allah, Sifat Allah dan Zat Allah. Inilah maksud sebenarnya perkataan "makhluk itu tidak punya wujud hakiki". Inilah makna sebenarnya "Sekalian makhluk itu fana di hadirat Ilahi Rabbi".

AL ‘ARIFU RASSRIFU FI BACHRI LA ADAM -  Orang yang Arif itu karam dalam lautan ketiadaan. HAIZA QURA NAHU BIL QADDIMU LA BAI QASSIRRU - Yang Muhammad itu apabila disertakan dengan Tadim yaitu Allah, maka tiada tinggal sekali-kali Muhammad, berbekaspun tiada lagi sebab mengenal sebenar-benarnya diri. AL- INSANNU SIRRI  WA ANNA SIRRUHU - Insan itu Rahasia-Ku dan Aku pun Rahasianya.  SIRRI SIFATILLAH RAAIRA ZATI - Rahasia-Ku itu Sifat-Ku dan Sifat itu tiada lain dari pada-Ku.  WA FI ANFUSIKUM A FA LA TUBSIRUUN - Dan (juga) pada (dalam) diri-mu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan (melihat Aku). WA ANNAL MAUJUDU FATHABAINI TAJDIIN - Dan Aku maujud di dalam dirimu.

AL INSANA MAQAMAL JAMI’A MIN ZANAN - Manusia itu tempat perhimpunan dari kenyataan-Nya. AL MUTAHARATA SYAI’IN KASRUUHURI FIL INSAN - Tiada nyata-KU pada sesuatu, seperti kenyataan-KU pada manusia (Allah menyatakan dirinya lebih nyata pada manusia). Inilah Rahasia Tuhan  seru sekalian alam yang ghaib kepada Insan itu. ANNA SIRRIL INSANA SAKANAHU WAMA HAKAHU - Aku Rahasia manusia yang menggerakan-nya dan yang mendiamkan-nya. Insan itu sendiri ialah RAHASIA ALLAH, SIRR ALLAH (ANNA SIRRULLAH) nama-Nya jua yaitu ZAT ALLAH TA’ALA. Dan dari pada Allah jua nyata segala isi alam ini, dan Allah jua yang meliputi sekalian alam ini adanya. LI ANNAL HAQQIKATUL LA MAUJUDUN ILLALLAH - Bahwa tiada yang mewujud disegala haqiqat hanyalah Allah Ta’ala jua. Baqalah / kekalah zat Allah yang mempunyai sifat sempurna dan Maha Agung. Fanalah dalam kebaqaan Allah dan lenyapnya dalam kehadiran Allah. Cara-memaksimalkan-keuntungan

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Link

Komentar

SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

SYAIKH SITI JENAR : AL-FATIHAH SALAH SATU KUNCI NGIBADAH

CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU MELALUI ZIKIR NAFI DAN ISBAT BAGI FOMULA TASYAWUF

TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.

PUSAKA MADINAH

AL HALLAJ IBLIS ADALAH TEMAN DAN FIRAUN ADALAH GURUNYA

🔂 FOLLOWERS