PETIKAN SURAT 15 SYAIKH ABDUL QADIR JAILANI

Penyucian Diri Dua jenis penyucian : Pertama zahir, ditentukan oleh peraturan agama dan dilakukan dengan membasuh tubuh badan dengan air yang bersih. Keduanya ialah penyucian bathin, diperolehi dengan menyadari kekotoran di dalam diri, menyadari dosanya dan bertaubat dengan ikhlas. Penyucian bathin memerlukan perjalanan kerohanian dan dibimbing oleh guru kerohanian. Menurut hukum dan peraturan agama, seseorang menjadi tidak suci dan wuduk menjadi batal jika keluar sesuatu dari rongga badan. Ini perlu diperbaharui dengan wuduk. Dalam hal keluar mani dan darah haid mandi wajib diperlukan. Dalam hal lain, bagian tubuh yang tersingkap - tangan, lengan, muka dan kaki - mesti dibasuh. Mengenai pembaharuan wuduk Nabi s.a.w bersabda, "Pada setiap pembaharuan wuduk Allah perbaharui kepercayaan hamba-Nya yang cahaya iman mengkilap dan memancar dengan lebih bercahaya". 

Dan, "Mengulangi bersuci dengan wuduk adalah cahaya di atas cahaya". Kesucian bathin juga boleh hilang, mungkin lebih kerap dari pada kesucian zahir, dengan sifat buruk, buruk perangai, perbuatan dan sifat yang merusakkan seperti sombong, takabur, menipu, mengumpat, fitnah, dengki dan marah. Perbuatan secara sadar dan tidak sadar memberi kesan kepada roh : mulut yang memakan makanan haram, bibir yang berdusta, telinga yang mendengar umpatan dan fitnah, tangan yang memukul, kaki yang membawa kepada kejahatan. 

Zina, yang juga satu dosa, bukan saja dilakukan di atas tempat tidur. Nabi s.a.w bersabda, "Mata juga berzina". Bila kesucian bathin ditanamkan demikian dan wuduk kerohanian batal, membarui wuduk demikian adalah dengan taubat yang ikhlas, yang dilakukan dengan menyadari kesalahan sendiri, dengan penyesalan yang mendalam disertai oleh tangisan (yang menjadi air yang membasuh kekotoran jiwa), dengan berazam tidak akan mengulangi kesalahan tersebut, berhasrat meninggalkan semua kesalahan, dengan memohon keampunan Allah, dan dengan berdoa agar Dia mencegahnya dari pada melakukan dosa lagi. 

Sembahyang adalah menghadap Tuhan. Berwuduk, berada di dalam keadaan suci, menjadi syarat untuk bersembahyang. Orang arif tahu penyucian zahir sahaja tidak memadai, kerana Allah melihat jauh ke dalam lubuk hati, yang perlu - 47 - diberi wuduk dengan cara bertaubat. Firman Allah: "Inilah apa yang dijanjikan untuk kamu, untuk tiap-tiap orang yang bertaubat, yang menjaga (batas-batas)". (Surah Qaaf, ayat 32). Penyucian tubuh dan wuduk zahir terikat dengan masa karena tidur membatalkan wuduk. Penyucian ini terikat dengan siang dan malam bagi kehidupan di dalam dunia. Penyucian alam bathin, wuduk bagi diri yang tidak kelihatan, tidak ditentukan oleh masa. Ia untuk seluruh kehidupan - bukan saja kehidupan sementara di dunia tetapi juga kehidupan abadi di akhirat. Baca juga Sejarah-aleppo-kota-terbesar-suriah

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Link

Komentar

SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

SYAIKH SITI JENAR : AL-FATIHAH SALAH SATU KUNCI NGIBADAH

CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU MELALUI ZIKIR NAFI DAN ISBAT BAGI FOMULA TASYAWUF

TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.

PUSAKA MADINAH

AL HALLAJ IBLIS ADALAH TEMAN DAN FIRAUN ADALAH GURUNYA

🔂 FOLLOWERS