HAKIKAT WAHDATUL WUJUD ( KESADARAN YANG MENJADI BUKAN JADI MENJADIKAN )

Hakikat Wahdatul-wujud ialah, apabila seseorang sudah menghayati rasa ke-wujud-an dirinya dan seluruh perbuatan dirinya serta semua yang terjadi dialam ini adalah dari Allah s.w.t. Maka, seluruh gerak-gerik makhluk, termasuk perbuatan manusia, sebenarnya dengan Allah s.w.t, ( dengan wujud, kekuasaan dan izin Allah s.w.t..) Kalau hal ini dianggap bukan aqidah Islam, lalu yang seperti apakah aqidah Islam itu? Apakah setiap makhluk punya kuasa terhadap dirinya sendiri secara mutlak? Tidak sama sekali!

Maka, siapakah yang sesat wahai orang-orang yang menuduh sesat? Atau anda tidak paham apa yang anda sesatkan itu sendiri? Na'uzubillah!

Wahdatul-wujud ialah suatu tingkat penyaksian dengan mata hati, dalam diri seseorang, yang merasakan diri mereka dan seluruh alam ini sebenarnya diatur oleh Allah s.w.t.. Manusia terutama diri mereka sendiri, bergerak dan beramal dengan izin Allah s.w.t, yang memberikan mereka kuasa untuk memilih, tetapi bukan dengan kuasa mutlak, cuma dengan kuasa majazi, yang pada hakikatnya atas izin Allah s.w.t. Tanpa izin Allah s.w.t., bagaimana manusia itu sendiri mampu memilih dan berkehendak? Maka, kehendak dalam diri manusia juga dari kehendak Allah s.w.t. dan dengan izin Allah s.w.t pula.

Apa yang salah dengan penyaksian ini? Inilah tauhid, demi Allah, Tuhan yang menurunkan Al-Qur'an sebagai bukti yang nyata.

Seseorang yang lalai dengan dunia, dan bergelimang nafsu syahwat, pasti tidak merasakan hal ini, karena perasaan dirinya sendirilah yang berkuasa dan berkehendak secara bebas/mutlak, dalam kehidupannya. Ini buah kelalain mereka dengan diri mereka sendiri yang telah terhijab dari Allah s.w.t tatkala sibuk dengan menuruti hawa nafsu duniawiyah. Namun, dari sudut akal sendiri, Wahdatul-wujud suatu perkara yang bersandarkan atas aqidah Islam yang kokoh.

#Catatan bagi orang awam dan para pemikir/penulis yang kering dan dangkal tanpa SULUK

Dijelaskan dalam Tuhfatul Ahwadzi bahwa di zaman tersebut, orang yang berpegang teguh dengan agama hingga meninggalkan dunianya, ujian dan kesabarannya begitu berat. Ibaratnya seperti seseorang yang memegang bara (nyala) api. Bara api tentulah panas dan tentu amatlah sulit mempertahankan genggaman tersebut tanpa membuat tangan melepuh.

Ath Thibiy berkata bahwa maknanya adalah sebagaimana seseorang tidak mampu menggenggam bara api karena tangannya bisa terbakar sama halnya dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Islam saat ini, ia sampai tak kuat ketika ingin berpegang teguh dengan agamanya. Hal itu lantaran banyaknya maksiat di sekelilingnya, pelaku maksiat pun begitu banyak, kefasikan pun semakin tersebar luas, juga iman pun semakin lemah.

Sedangkan Al Qari mengatakan bahwa sebagaimana seseorang tidaklah mungkin menggenggam bara api melainkan dengan memiliki kesabaran yang ekstra dan kesulitan yang luar biasa. Begitu pula dengan orang yang ingin berpegang teguh dengan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di zaman ini butuh kesabaran yang ekstra.

Itulah gambaran bagi orang-orang yang konsisten dengan ajaran Islam secara kafah saat ini, yang ingin terus menjalankan ibadah sesuai sunnah Rasul , begitu sulitnya dan begitu beratnya.

Acapkali bagi masyarakat awam, orang-orang yang memegang teguh terhadap ajaran ajaran Islam sejati adalah orang-orang yang fanatik. Kadang cacian yang mesti diterima. Kadang dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Kadang jadi bahan omongan yang tidak enak. Bahkan parahnya sampai-sampai ada yang nyawanya dan keluarganya terancam.

Melawan arus, dimana kita mencoba menjadi orang baik disaat menjadi salah adalah sesuatu yang wajar, tentu mendapat konsekuen yang tidak mengenakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Demikianlah resikonya.

Namun nantikan balasannya di sisi Allah SWT yang luar biasa andai mau bersabar.
Ingatlah janji Allah SWT,

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10).

Sebagaimana disebut dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, Al Auza’i menyatakan bahwa pahala mereka tak bisa ditimbang dan tak bisa ditakar. Itulah karena saking banyaknya. Ibnu Juraij menyatakan bahwa pahala mereka tak bisa terhitung (tak terhingga), juga ditambah setelah itu. Inilah masa dimana orang-orang yang berpegang teguh dalam Islam bagai memegang bara api.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ الصَّابِرُ فِيهِمْ عَلَى دِينِهِ كَالْقَابِضِ عَلَى الْجَمْرِ

“Akan datang kepada manusia suatu zaman, orang yang berpegang teguh pada agamanya seperti orang yang menggenggam bara api.” (HR. Tirmidzi no. 2260. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan). Baca juga : Dalil-wahdatul-wujud-dalam-al-quran

Related Posts



Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
Link

Komentar

SUARA KOTA PONTIANAK

ENTER YOUR EMAIL ADDRESS :

DELIVERED BY SUARA KOTA PONTIANAK ||| 🔔E-mail : ptmkspontianak@gmail.com

🚀POPULAR POST

SYAIKH SITI JENAR : AL-FATIHAH SALAH SATU KUNCI NGIBADAH

CARA MEMBANGKITKAN NUR QALBU MELALUI ZIKIR NAFI DAN ISBAT BAGI FOMULA TASYAWUF

TUHAN TIDAK BERZAT, BERSIFAT, BERASMA, DAN BERAF'AL.

PUSAKA MADINAH

AL HALLAJ IBLIS ADALAH TEMAN DAN FIRAUN ADALAH GURUNYA

🔂 FOLLOWERS